Aku sangat suka membaca berbagai artikel seksologi dan kesehatan. Menurutku artikel-artikel itu sangat menarik dan selalu memberi wawasan baru. Dari situ aku juga tahu, ternyata banyak sekali perempuan yang problem dengan pek tay atau keputihan. Wah, ini memang murni penyakit perempuan.
Dan tentang pek tay itu, kemarin aku baca pula artikelnya di sebuah majalah yang disisipkan gratis di sebuah koran harian ibukota. Artikel itu menghabiskan berlembar-lembar halaman majalah namun sampai akhir kata, aku tak menemukan sesuatu yang baru di sana kecuali kalimat klise dengan tips yang juga aku yakin sudah dipahami oleh setiap perempuan.
Benakku berpikir, bagaimana mungkin artikel semacam ini menolong para perempuan?
Keprihatinan seperti itu membuatku berpikir untuk berbagi. Yes, why not? Kalo bisa dibilang beruntung, mungkin aku memang beruntung karena tidak termasuk sebagai penderita pek tay. Dan aku kira itu bukan sekedar keberuntungan sebagai hadiah cuma-cuma dari Dia Sang Pencipta tetapi lebih dari pilihan gaya hidup yang aku terapkan sehari-hari… :)
Well, menurutku paling utama yang harus dipahami oleh setiap perempuan adalah faktor penyebab pek tay itu sendiri. Apa sih? Jawabnya, ya tentu saja ketidakhijenisan organ kita sendiri. Katakanlah kita mencucinya saban kali kita pee atau pun mandi. Tetapi setelah itu kita menutupnya lagi dengan jenis panty yang mungkin tidak nyaman buat kulit dan membuat pori-pori kulit sekitar vagina (V) tidak leluasa bernafas. Lebih ‘awful’ lagi jika setelah panty yang tak nyaman itu ternyata kita menambahkannya lagi dengan mengenakan celana jins misalnya yang notabene berlapis tebal… oh…! That’s really worse…
Padahal, idealnya, di iklim Indonesia yang tropis dan cenderung panas dan lembab, mengenakan baju yang menyerap keringat seharusnya penting dan mutlak supaya kulit tetap terangin-angin dan terhindar dari jamuran. Nah, ini dia! Jamur inilah salah satu yang harus diwaspadai oleh kita kaum hawa, berkaitan dengan problem pek tay…
Menurut para ginekolog yang saya baca artikelnya, pek tay atau yang istilah medisnya adalah flour abus, merupakan cairan berlebihan yang keluar dari V. Diantaranya ada yang berbahaya (fatologis) , ada juga yang tidak berbahaya (fisiologis). Yang fisiologis biasanya cenderung disebabkan oleh meningkatnya jumlah hormon pada periode haid atau hamil. Juga bisa terjadi ketika kita dalam kondisi stress, lelah dan kadang-kadang merupakan efek sampingan dari penggunaan kontrasepsi dan obat-obat tertentu. Indikasinya adalah, cairan tersebut hanya berwarna bening atau putih dan tidak berbau. Juga tidak gatal. Secara umum, kalo cuma fisiologis, itu berarti tak mengganggu… atau, tak terlalu mengganggu karena kadarnya masih normal saja.
Sementara yang fatologis nih, yang sudah tak lagi normal, warnanya cenderung kuning, gatal dan tak sedap aromanya. Uh…! Yang satu ini yang bikin bete. Yang juga potensial menjatuhkan rasa percaya diri tiap perempuan. Iya ‘kan?
Trus, gimana dong? Ya, bagaimana pun, kalo sudah kena ya kita harus mengatasinya. Kalo menurutku sih, kalo memang sudah stadium berbau, ya kita mulailah concern dengann pembersihan. Mencuci bersih dan steril. Tapi ingat, please… jangan pake ‘pembersih sari kapur sirih’ atau sejenisnya yang dijual bebas di botol komersial. Kalo mau telaten, pakelah daun sirih langsung dan merebusnya sendiri serta memakainya dalam keadaan usai rebus. Atau, bisa juga coba pake yogurt. Ini nih resep bocoran dari seorang teman. Aku sendiri belum pernah memakainya, karena tak memerlukannya.
Tetapi, seperti yang kubilang sebelumnya, aku cenderung mengantisipasi segala sesuatu daripada mengatasinya. Maka, karena penyebab utama problem pek tay adalah kelembaban yang tidak hijienis… maka, bukankah lebih aman, mudah dan murah kalo kita ‘say goodbye to some panties…’?
That’s right! Itulah yang kulakukan secara pribadi. Hampir sepanjang waktu ketika aku di rumah, aku tak memakainya. Bukan berarti aku tak punya panties. Boleh dibilang aku adalah kolektor panties dalam berbagai style. Tapi aku memakainya ketika hendak bepergian atau ketika memang sedang ‘sir’ ingin tampil seksi. Tetapi menurut suamiku, lebih dari style apa pun, tak berpanty adalah lebih seksi bagi perempuan… hehe… he… iya ‘kan?
Dan sering pula ketika bepergian pun aku tak memakainya dengan syarat celana atau rok luar adalah terbuat dari bahan katun, rayon atau sesuatu yang ramah terhadap kulit. Ini benar-benar nyaman lho… Dengan trik ini aku memang benar-benar terbebas dari gangguan pek tay. Kewanitaanku terjaga dan suamiku pun senang karena merasa yakin bahwa aku selalu siap untuknya kapan pun dan di mana pun… tanpa panty!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar