Siapa yang tak kenal dengan Adolf Hitler ? Atau paling tidak pernah mendengar namanya. Diktaktor psikopat asal Austria ini terkenal dengan buku karangannya Mein Kampf ( Perjuanganku) dan kegilaan perang yang diciptakan saat Perang Dunia ke II. Aksi genocide anti semit yang terkenal dengan kamp konsentrasi Auschwitz di Polandia dan ruang gas yang dipergunakan untuk pembantaian massal etnis Yahudi, penghancuran agama dan menyengsarakan sebagian besar rakyat Eropa pada umumnya adalah beberapa yang bisa dicontohkan atas aksi ngeri Partai Nazi tersebut. Mereka hidup dalam sebuah sudut pandang bahwa hanya Ras Aria ( Aryan) adalah yang sempurna. Keturunan asli berambut pirang, bermata biru atau minimal mempunyai garis keturunan 'pure blood'. Tidak ada campuran darah dari etnis yang lainnya. Dan itulah yang menyebabkan rasisme mereka yang begitu besar terhadap etnis lain. Ideologi Nazi yang menjadi sejarah kelam warga Jerman ini ternyata sampai sekarang masih banyak pengagumnya. Nazi asli memang sudah hancur bersamaan dengan Perang Dunia II yang berakhir. Tapi para Nazi Baru, atau lebih terkenal dengan sebutan Neo Nazi ternyata masih ada dimana mana. Tidak hanya di Jerman sendiri, dan bahkan, mayoritas warga Jerman pun tidak menyukai ideologi 'sesat' ini. Mereka adalah ekstrimis dan pembenci ras yang lain. Rasisme ada di benak kepala mereka. Pergerakan musik Punk di Inggris pada tahun 70-80 an pun turut membawa bibit Neo Nazi ini kemana mana. Bahkan salah satu anggota legendaris grup musik The Sex Pistols, Sid Vicious pun merupakan seorang simpatisan dari Neo Nazi. Lambang Hakenkraus yang berarti salib yang berkait ini yang menjadi ciri khas mereka.
Disinyalir, gerakan dan ideologi Neo Nazi yang 'ditularkan' pada saat itu pada anak anak muda memang kebanyakan melalui budaya musik Punk sendiri, sehingga dikenal istilah Nazi Punk yang berarti para punkers yang memang punya faham dan ideologi Nazi sendiri. Anti kemapanan, anarkis dan ideologi Nazi. Sukses sudah mereka mencetak kader Neo Nazi yang tentunya dibawah 'tuntunan' dari para pengagum Nazi yang masih hidup pasca PD II dan buku karangan Adolf Hitler sendiri, Mein Kampf yang menjelaskan gamblang mengenai apa yang direncanakannya. Dari musik Punk, pergerakan Neo Nazi pun semakin tak terbendung. Banyak yang sekedar ikut ikutan, bahkan tak mengenal apa arti lambang 'hakenkraus' itu sebenarnya. Mereka hanya ikut ikutan saja. Tapi tak sedikit juga yang benar benar mengagumi ideologi tersebut dan memakai 'baju' tersebut untuk pembenaran atas tindakan rasial mereka. "Romper Stomper" sebuah film produksi Australia pada era tahun 1992 yang dibintangi oleh Russel Crowe pun mengangkat kehidupan seputar budaya skinhead -dan korelasi mereka terhadap Neo Nazi sendiri. Di filem tersebut digambarkan kekaguman sang tokoh utama yang dibintangi oleh Russel Crowe terhadap Herr Fuhrer, atau Adolf Hitler. Film memang digambarkan secara apik dan realistik seputar kehidupan skinhead di Australia dan gesekan mereka terhadap etnis Asia sendiri.
Penulis berani menyebutkan bahwa filem tersebut sangat realistik, karena memang pada saat itu di Australia sendiri gerakan skinhead benar benar ada dan nyata. Bahkan pergerakan mereka merambah sampai dengan ruang kampus, dan betul betul menimbulkan bentrok fisik antara pelajar asal Indonesia dan dari Asia yang lain terhadap para pelajar skinhead asli Australia tadi. Bahkan pihak kampus pun cukup kewalahan untuk menangani bentrok fisik besar pada saat itu yang di awali oleh pengeroyokan terhadap salah satu mahasiswa asal Hongkong oleh para Neo Nazi ini di luar kampus yang berimbas ke pembalasan oleh pelajar dari Asia yang bersatu. Kegiatan kampus sempat terhenti pada saat itu, dan akhirnya bisa berakhir dengan baik dengan dikeluarkannya para mahasiswa berideologi Neo Nazi tersebut dari kampus. Menjadi miris, saat terlibat di satu percakapan dengan rekan Kompasianer , Kang Bambang Gareng Nilwarto saat berada di artikel "Pesta Karikatur Anti Nabi Muhammad Satu Hari Jelang Iedul Fitri Di Jerman" yang ditulis oleh Kong Ragile ( Agil Abdullah Al Batati). Kang Bambang Gareng bahkan menginformasikan melalui satu tautan bahwa ternyata para pengagum Herr Fuhrer ini bahkan ada di Indonesia. Soldatten Kaffee yang berada di kota Bandung menjadi tempat pertemuan mereka. Cafe' yang di hiasi dengan pernak pernik khas military Nazi , lengkap dengan lambang Hakenkrausnya menjadi sebuah tempat untuk rendezvous rutin para penggemar aksesoris khas Nazi ini. Aneh dan konyol, jujur saja. Saat para Neo Nazi ini dengan nyata membenci ras Asia, ternyata ada segelintir ras Asia yang malah berdandan seperti mereka dan bangga mengenakan baju seragam yang terkenal dengan kejahatan perang ini sendiri. Masih belum jelas, apakah mereka hanya sekedar suka akan military surplus item khas Nazinya saja tapi tidak menganut ideologinya, atau mereka benar benar menjiwai ideologi Neo Nazi itu sendiri. Apabila hanya sederet memorabilia Nazi atau tentara Jerman lah yang mereka kagumi, maka pertanyaannya ke mereka adalah, kenapa mengagumi Nazi ?
Apakah ini tanda bahwa Neo Nazi dengan ideologi mereka memang sudah merambah sampai ke Indonesia? Atau hanya sekedar ikut ikutan belaka? Yang jelas, kenali dulu sejarahnya !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar